sedorang ibu sedang menatap rumah tetangganya yang masih terendam banjir |
Anak-anak tidak pernah kehilangan keceriaan bahkan saat bencana |
tentara sedang memasang tali yang berguna untuk evakuasi |
alat-alat berat milik pemerintah dikerahkan dijalan jati negara,jakarta timur |
Anak muda ini akan mengirim bahan makanan kelokasi yang terkena banjir |
jalan-jalan sudah terlihat seperti sungai |
suasana setelah air surut dikampung rawajati Kali bata |
Pertengahan bulan januari 2014.pagi
hari yang cerah ,setelah beberapa hari sebelumnya Jakarta diguyur hujan.Saya
berkesempatan mengunjungi tempat yang menjadi kawasan paling parah dilanda
banjir dikelurahan rawajati, kalibata, Jakarta selatan.Berdiri diatas flyover Rawajati
kalibata yang menyeberangi sungai ciliwung dan menjadi salah satu sungai yang paling bertanggung atas datangnya bencana
banjir Jakarta, dapat saya lihat dengan mata kepala saya sendiri betapa dasyat
banjir yang melanda kawasan itu.Air telah surut pagi itu,namun jejaknya yang
ditinggalkan oleh luapan air sungai menggambarkan deskripsi yang sangat jelas tentang
banjir musiman tersebut,mulai dari jauh jangkauan luapan air sungai dan ketinggian luapan
air sungai, memporak porandakan pemukiman perkampungan padat penduduk kawasan
itu .
Di area yang paling dekat dengan bibir sungai tinggi air malah melebihi atap rumah.kekuatan arusnya yang sangat deras mampu menyapu genting-genting beberapa atap rumah hingga membuat rumah nampak telanjang ketika air telah surut.Dari atas ketinggian flyover , saya bisa melihat aktifitas kesibukan pemilik rumah didalamnya: mengeluarkan endapan lumpur, menguras genangan air,mengumpulkan barang-barang yang tersisa dan menjemur nya dibawah terik matahari.
Di area yang paling dekat dengan bibir sungai tinggi air malah melebihi atap rumah.kekuatan arusnya yang sangat deras mampu menyapu genting-genting beberapa atap rumah hingga membuat rumah nampak telanjang ketika air telah surut.Dari atas ketinggian flyover , saya bisa melihat aktifitas kesibukan pemilik rumah didalamnya: mengeluarkan endapan lumpur, menguras genangan air,mengumpulkan barang-barang yang tersisa dan menjemur nya dibawah terik matahari.
Bagi warga yang telah lama
tinggal dikawasan itu dan telah mengalami bencana banjir secara periodic,
banjir merupakan siklus yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan mereka.Entah karena disebabkan oleh beberapa alasan seperti
faktor ekonomi dan keterikatan secara emosional pada tempat itu yang membuat
mereka selalu bertahan dari banjir yang kerap menenggelamkan tempat tinggal mereka.Beberapa program yang ditawarkan
pemerintah untuk upaya relokasi bahkan tidak terlalu menarik untuk mereka.
Disebelah utara ,beberapa
kilometer dari tempat saya berdiri diflyover Kalibata ,luapan banjir air sungai
Ciliwung juga menggenangi sebagian pemukiman padat penduduk dikampung pulo,kampung
melayu,Jakarta timur.Puncak banjir yang terjadi pada akhir Januari dan menggenang
selama beberapa pekan merendam beberapa kelurahan padat penduduk di kawasan itu.Tinggi
air mencapai lebih dari 5 meter dan
menyebabkan Lebih dari 3.787 warga diungsikan kebeberapa titik posko pengungsian
korban bencana banjir.Jalan Jatinegara barat yang sehari-hari dalam keadaan
normal adalah pusat kawasan perdagangan yang sibuk dan bergairah saat itu
lumpuh total.Tenda-tenda pengungsi,kendaraan yang terparkir,barang-barang
bantuan korban banjir,dan alat penyelamatan bencana adalah pemandangan yang
menutupi jalanan yang menjadi nadi
perekonomian dikawasan Jakarta timur.Jakarta tengah siaga 1 menghadapi bencan
banjir.
Sebagai salah satu dari 13 sungai
yang melintasi Jakarta dan menjadi sungai terpenting dipulau Jawa,sejarah sungai Ciliwung tidak lepas
dari sejarah kota Jakarta itu sendiri.Sejauh sejarah banjir yang melanda
Jakarta Sungai ini adalah sungai dengan dampak banjir yang paling parah dan
paling berbahaya.Hal ini disebabkan oleh
aliran sungai Ciliwung yang melintasi pusat kota,pemukiman padat penduduk dan
pemukiman kumuh.Panjang aliran utama mencapai 120 km dengan tangkapan air sekitar
387 km persegi .Pada musim hujan air yang didistribusikan mencapai ratusan ribu gallon air/detik.Dengan besarnya
jumlah air yang dialirkan dari hulu sungai sampai hilir sungai bisa difahami betapa menakutkannya
sungai ini saat datang musim penghujan.
Sayangnya dari tahun ketahun lebar
sungai diwilayah hilir telah mengalami penyempitan yang sangat mengkhawatirkan.Dibeberapa
titik bahkan 20-30% kelebaran sungai hilang akibat koloni aktifitas manusia.Tingginya
kepadatan penduduk dan pembangunan rumah-rumah kumuh disekitaran bantaran sungai
yang tak terkendali membuat ditribusi aliran air sungai mulai
terganggu.Ditambah lagi dengan kebiasaan buruk warga bantaran yang kerap
membuang sampah kedalam sungai menjadikan permasalahan jadi semakin rumit. Pendangkalan
yang disebabkan menumpuknya sendimen lumpur didasar sungai juga menjadikan daya
tampung sungai terhadap aliran air jadi semakin kecil.Akibatnya dari tahun
ketahun banjir menjadi sering terjadi dengan skala yang semakin besar.Seandainya
diibaratkan, keadaan sungai Ciliwung sekarang seperti botol yang besar dan luas
pada pangkalnya namun kemudian menyempit dan mengecil diujungnya.
Sebagai kota dataran rendah yang
dialiri oleh banyak sungai,Jakarta memiliki catatan sejarah banjir yang sangat
panjang.Tercatat dalam sebuah prasasti yang ditemukan dikampung Tugu,jakarta
utara ,memberikan bukti otentik bahwa banjir juga menjadi masalah serius pada jaman
itu. prasasti yang ditulis sekitar abad
5 masehi menceritakan bahwa penguasa kerajaan Sunda kuno Tarumanegara,raja Purnawarman
memerintahkan untuk mengerjakan penggalian aliran air sungai Candrabaga (Bekasi)
dan aliran air sungai Gomati (Tangerang) sepanjang 24 km untuk meredam banjir
yang melanda kerajaan mereka . Dijelaskan pula lama pengerjaan penggalian
memakan waktu 21 hari dengan selamatan penyembelihan 1000 ekor sapi sebagai
rasa syukur yang diberkahi pemuka agama. Pada masa colonial Belanda banjir juga
kerap melanda Jakarta.Tercatat banjir besar yang terjadi pada masa colonial
antara lain pada tahun 1621,1654,1872,1893,1909 sampai jaman paska kemerdekaan
sekarang.
Dalam hal ini ,dari waktu kewaktu
telah banyak upaya yang telah dilakukan
oleh pemerintah kota untuk mengatasi bencana musiman tersebut.Pada tahun 1922
pemerintah koloni Belanda membuat Kanal Banjir Barat (KBB) yang dimulai dari
pintu air Manggarai kemudian dihubungkan menuju teluk Jakarta diMuara angke
,Jakarta Barat.Kemudian pada tahun 2003 ,setelah proyek pengerjaan terbengkalai
selama beberapa decade, di bawah pemerintahan presiden Megawati dibuat kanal
banjir timur(KBT) yang dirancang menjadi terusan aliran sungai Ciliwung yang
diarahkan menuju beberapa kawasan diJakarta timur dan Jakarta utara kemudian
berakhir dipantai Cilincing.Pada awal pembangunan Kanal banjir Timur (KBT)
mengalami permasalahan anggaran yang terlalu kecil setiap tahunnya hingga membuat
proyek ini berjalan teseok-seok.Baru pada tahun 2007 setelah banjir hebat
melanda Jakarta pada februari 2007 pemerintah pusat kemudian sadar bahwa pembangunan
Kanal banjir timur merupakan kepentingan yang mendesak. Diharapkan kanal
raksasa sepanjang 23 km ini setidaknya mampu menangkap 30% air banjir yang melanda
ibu kota.
Tahun 2013 Dibawah kepemimpinan eks
gubernur Jokowi dan wakil gubernur Ahok proyek pencegahan banjir dikerjakan lebih massive dan sungguh-sungguh lagi.upaya normalisasi
bantaran sungai Ciliwung dengan rencana memindahkan beberapa warga bantaran
sungai kerusun-rusun yang sedang dibangun pemerintah kota akan direncanakan. kebijakan
ini tidak pernah diambil dan jarang dipikirkan oleh pemimpin daerah sebelumnya. meskipun terkadang biasanya
rencana ini akan melalui drama penolakan
yang alot akibat kegigihan warga untuk bertahan dibantaran sungai namun ada
kenyakinan bahwa kebijakan ini akan mengalami kemajuan.Pengangkatan sendimen lumpur
sungai yang membuat pendangkalan didasar sungai
juga dikerjakan dibeberapa titik untuk membuat daya tampung air semakin
besar. Dijembatan-jembatan yang terjadi tumpukan gunungan sampah dilakukan pengerukan
menggunakan alat-alat berat dilakukan
secara terus menerus .Beberapa kalangan menilai penanganan upaya pencegahan
banjir yang dilakukan oleh eks Gubernur Jokowi dan wakilnya lebih berhasil dan
lebih terasa dibanding gubernur-gubernur sebelumnya. Meski pada tahun 2013 dan tahun 2014
Jakarta masih dikepung banjir, namun setidaknya ada penurunan titik banjir yang
jumlahnya cukup signifikan sampai hampir mencapai separuhnya. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengeluarkan data ada 35 titik
banjir tahun ini dibanding 62 titik
banjir yang dipetakan pada jaman Fauzi Bowo.
Sekarang hampir satu tahun dari waktu
saya berdiri diatas jembatan flyover Rawajati Kali bata saat melihat kawasan
itu porak poranda usai diterjang banjir awal tahun 2014.Musim sudah bergulir dan hari-hari dibawah guyuran hujan
akan segera datang.Matahari mulai sering tertutup awan mendung langit Jakarta.Dikawasan
Bogor dan puncak yang menjadi kawasan hulu sungai Ciliwung bahkan hujan sudah
kerap turun. Dengan begitu mimpi buruk tahunan yang menjadi siklus bagi kehidupan warga Jakarta telah mengintip dari tempat
persembunyiannya.Berbagai antisipasi pencegahan mungkin telah dan sedang dikerjakan
namun seperti biasa bencana banjir
sangat sulit ditangani.Beberapa pekan lalu Wakil gubernur Ahok yang akan menjabat
sebagai gubernur menggantikan Jokowi sebagai orang nomor satu diibukota dengan
optimis menyebutkan bahwa banjir Jakarta tidak akan melampaui satu hari, hal
ini memberikan petunjuk ada rasa percaya
diri dan kesiapan yang matang guna menghadapi banjir Jakarta.Pompa-pompa
penyedot air diinspeksi dan normalisasi saluran air diperiksa.Semoga saja hal
ini bertanda baik untuk dapat mengakhiri mimpi buruk Jakarta.Kuncinya adalah seluruh
warga dan lapisan masyarakat serta pemerintah daerah bahu membahu bersatu menjaga
kewaspadaan terhadap datangnya bencana musiman tersebut.
Semoga saja hal ini bisa terwujud